This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 30 Agustus 2010

BALITA, PERLUKAH TIDUR SIANG ?

Manfaat Tidur Siang Bagi Anak, Dan Tips Mengajak Anak Tidur Siang

Memasuki usia 4 tahunan, sebagian anak mulai meninggalkan kebiasaan tidur karena anak tengah tertarik pada mainan dan permainan serta lingkungan pertemanan yang ditemuinya. Padahal, menurut dr. Yuda Turana, Sp.S., ada beberapa faedah tidur siang yang bisa dirasakan seperti memulihkan fisik dan mental setelah sejak pagi beraktivitas.
Dengan tidur siang, tubuh menjadi relaks karena hormon kortisol bekerja menetralisasi stres. Ketika anak bangun, dia merasa kembali segar dan kemampuan berkonsentrasinya kembali meningkat. Selain itu, kala tidur siang, metabolisme otak berlangsung sangat aktif. Efeknya baik bagi korteks otak, terutama untuk meningkatkan kemampuan kognitif.

Beberapa penelitian menguak tidur siang terbukti meningkatkan kesiapan tubuh, memulihkan mood bahkan produktivitas. Secara fisik, tidur siang memberikan kesempatan pada tubuh untuk mendapat energi baru sebagai “amunisi” untuk melakukan aktivitas selanjutnya. Selama tidur, memang semua fungsi organ tubuh cenderung melamban, pada saat itulah sel dan jaringan yang aus dan rusak dipulihkan.
Dari sisi psikologis, tidur siang juga mengajari anak untuk berdisiplin pada aturan sehingga ia bisa belajar mengelola waktu. Dalam skala lebih luas, bila kita mengajarkan dan menerapkan aturan secara konsisten, maka kelak anak akan disiplin terhadap waktu. Sebaliknya, bila tak tidur siang, anak relatif jadi mudah rewel, gampang ngambek, uring-uringan, kurang mampu berkonsentrasi, dan malas makan.
Kebutuhan tidur siang pada tiap tingkat usia berbeda-beda. Untuk usia prasekolah cukup sekitar 1-2 jam. Yang terpenting adalah kualitas tidur. Meskipun cukup lama, kalau di saat bangun anak tak merasa bugar, ini berarti tidurnya kurang berkualitas. Jadi, lebih baik tidur 1 jam tapi si anak benar-benar lelap.
jika anak tak mau tidur, jangan dipaksa karena hanya akan membuatnya semakin ogah tidur. Ada kalanya anak memang tak mau tidur. Lakukan saja beberapa aktivitas yang bermanfaat namun pilih yang tenang seperti membaca, bermain boneka, atau mendengarkan lagu. Kegiatan yang mengasah keterampilan tangan dan kognitif seperti bermain puzzle juga disarankan.
Tips Mengajak Anak Tidur Siang
1. Jelaskan pada si kecil mengenai pentingnya tidur siang.
2. Untuk memudahkan anak ngantuk pada siang hari, biarkan fisiknya lebih aktif selama pagi hari. Semakin letih tubuhnya, semakin mudah mengajaknya tidur siang.
3. Ajari anak tidur siang pada waktu yang sama agar terkondisi. Untuk itu lakukan pembiasaan. Ingat, tubuh memiliki jam biologis (biological clock) yang dibentuk oleh kebiasaan harian.
4. Bangun suasana yang kondusif untuk tidur. Ajak ke “zona sunyi” atau tenang, misalnya dengan menyetel musik berirama tenang sebagai pengantar tidur. Awalnya mungkin sulit, namun bila kebiasaan tidur siang ini terus dibangun, maka takkan sulit lagi mengajak anak tidur siang.
5. Ciptakan ritual sebelum tidur siang, misalnya cuci tangan dan kaki, serta berdoa sebelum tidur. Hal ini akan membantu si anak untuk memasuki tahapan tidur, karena otak terkondisi untuk tidur saat si anak mulai mencuci kaki. Jangan lupa, di dekat zona tidur (ranjang dan sekitarnya) hindari adanya mainan yang dapat menarik perhatian anak, misalnya mobil-mobilan atau boneka Barbie favorit anak.
6. Bila anak tak kunjung tidur meski sudah melakukan ritual tersebut, harap bersabar saja. Usai melakukan aktivitas fisik ada suatu masa yaitu cool period sekitar 10-20 menit, baru kemudian anak bisa tidur.
7. Jangan beri reward & punishment. Hal-hal semacam itu malah makin membuat anak sulit tidur dan tidak bila relaks.
8. Temani anak sampai dia tidur. Kehadiran orangtua (dengan pelukan atau elusan lembut) memberikan suasana nyaman bagi si kecil. Secara psikologis, langkah ini pun dapat mempererat kelekatan antara anak dan orangtua. Si kecil pun merasakan rasa sayang dan perhatian dari orangtuanya

Jumat, 27 Agustus 2010

PANDUAN I'TIKAF

PANDUAN I’TIKAF
بسم الله الرحمن الرحيم
1. Pengertian I’tikaf .
الاعتكاف هو اللبث في المسجد من شخص مخصوص بنية.
Menetap dan berdiam diri diMasjid oleh seseorang tertentu , dengan berniat I’tikaf. (Al Majmuk Syarah Muhazzab- Imam Nawawi juz 6 Ms 474 , Cetakan Darul Fikar/ Al Fiqh ala Mazahibil Ar Ba’ah—Al Jazairi — Kitab al I’tikaf./ At Ta’rifat – Al Jarjani m.s. 31.)
Maksudnya: I’tikaf disini merupakan satu bentuk ibadat dengan cara menetap di sebuah Masjid dgn tujuan untuk beribadat yang dilakukan oleh seseorang pada saat berpuasa dengan cara yang telah ditentukan oleh Syara’.

2. Asas di Syariat kan I’tikaf .
Asas atau dalil diSyara’kan I’tikaf pada sepuluh akhir Ramadhan ialah
عن عائشة رضى الله عنها , أن النبي صلى الله عليه وسلم يعتكف العشر الأواخر من رمضان حتى توفاه الله ثم اعتكف أزواجه من بعده .
Dari Aisyah ra. , Bahawa Nabi saw selalu berI’tikaf pada sepuluh akhir bulan Ramadhan hingga diwafatkan oleh Allah Ta’ala , kemudiannya diteruskan sunnah I’tikaf selepasnya oleh Para
Isteri Baginda saw. (Muttafaqun Alaih.– Sahih Bukhari -Bab Al I’tikaf fil asyri al awakhir / Sahih Muslim – Kitabul I’tikaf.)
عن أبي هريرة رضى الله عنه قال : كان صلى الله عليه وسلم يعتكف في كل رمضان عشرة أيام . فلما كان العام الذى قبض فيه اعتكف عشرين يوما.
Dari Abi Hurairah ra. , Beliau berkata : Adalah Nabi saw selalu berI’tikaf pada tiap- tiap sepuluh Ramadhan yang terakhir. Ketika beliau diwafatkan , Beliau telah berI’tikaf selama dua puluh hari. (Sahih Bukhari—Bab Al I’tikaf fil asyril aakhir..)
karena itu jelaslah bahwa I’tikaf pada sepuluh akhir Ramadhan adalah Sunnah yang diamalkan
secara berkekalan oleh Nabi saw dan Para Isteri Baginda saw dan juga Para Sahabat ra.
3. Hukum I’tikaf.
Telah sependapat seluruh Imam Mazhab yang empat dan seluruh Umat Islam, bahwa Hukum I’tikaf pada sepuluh akhir Ramadhan adalah “Sunah Mu akkadah”. Bertujuan mengikuti Sunnah Nabi saw dan mencari fadhilah Lailatul Qadar. (Raudhah At Tholibin—Imam Nawawi, juz 2 hal 255, Cetakan Darul Al Kutub Al Alamiyah, Bairut tahun 2000. / Syarah Sahih Muslim — Imam Nawawi juz 8 hal. 67, Darul Tsaqofah )
Tiadk ada khilaf bahwa Tidak Wajib I’tikaf melainkan apabila bernazar dengannya(Fathul Baari- Ibni Hajar Al Asqolani juz 4 hal 319, Darul Rayyan.)
4. Fadhilah I’tikaf.
عن ابن عباس رضى الله عنهما عن النبى صلى الله عليه وسلم قال: ومن اعتكف يوما ابتغا وجه الله جعل الله بينه وبين النار ثلاث خنادق . كل خندق أبعد مما بين الخافقين .
Dari Ibnu Abbas ra., dari Nabi saw , beliau bersabda: Dan barangsiapa ber I’tikaf satu hari kerana mengharap keredhoaan Allah , niscaya Allah jadikan diantaranya dan antara Api Neraka (berjauhan) tiga puluh parit, dimana jarak diantara tiap-tiap satu parit lebih jauh daripada jarak antara dua mata angin. (At Thobarani dan Al Hakim.
Telah meriwayatkan oleh Athobarani dalam Al Awsath , “Isnadnya Jayyid”.—Majmak Zawaid- Bab Fadhli Qodho il Hawa ij. juz 8 hal 351 Cetakan Darul Fikar Bairut ,tahun 1994. Berkata Al Hakim “ Isnad yang Sahih”. – At Targhib wat Tarhib . Juz 2 hal. 149-150. )
5. Hikmah / Tujuan berI’tikaf.
Diantara Hikmah dan tujuan I’tikaf ialah:
a) Meluangkan diri dari kesibukkan duniawi ,demi mencari kejernihan jiwa dan membina kekuatan Rohani sebagai bekalan melancarkan kegiatan hidup dengan lebih baik. (Syarah Sahih Muslim –Imam Nawawi . juz 8 hal. 69, Darul Tsaqofah.)
b) Kalaulah Ramadhan merupakan bulan ujian yang akan memenuhkan rahmat untuk sepanjang tahun , maka I’tikaf pada 10 hari yang terakhir adalah merupakan satu keistimewaan yang lebih khusus dan lebih tinggi bagi mereka yang melakukannya.
c) Usaha-usaha mendapatkan lailatul Qadar adalah satu Sunnah Nabi saw.
I’tikaf diakhir Ramadhan , adalah merupakan salah satu dari usaha tersebut.
6. Rukun I’tikaf.
Rukun I’tikaf 4 perkara.
a) Tetap berada didalam Masjid, sekurang-kurang masanya sekadar Tama’ninah didalam ruku’ (sekadar beberapa saat). Tidak keluar dari Masjid melainkan atas sebab-sebab yang diharuskan Syara’. (Yaitu sebab-sebab yang tidak memutus dan membatalkan I’tikaf).
b) Niat pada permulaan I’tikaf atau pembaharuan niat semula (jika terbatal) ,
c) Orang yang berI’tikaf.
Seseorang yang berI’tikaf disyaratkan :
(1) Islam.
(2) Berakal.
(3) Bersih dari haidh dan nifas .
(4) Bersih dari hadas Junub. (Raudhah at Tholibin- juz 2 ,Ms 257, 262 / Fathul Wahhab – Syekhul Islam Zakaria Al Ansori, juz 1 Ms 126- 131 , Darul Fikar, Bairut)
c) Tempat I’tikaf , yaitu Masjid. (Al Majmuk. Juz 6 Ms 478 dan 483)
7. Cara berI’tikaf diakhir Ramadhan.
a) Mulai masuk keMasjid sebelum matahari terbenam (sebelum Maghrib) pada hari ke dua puluh Ramadhan , dengan berniat I’tikaf sepuluh hari terakhir dan keluar setelah selesai masa I’tikaf pada pagi A’idil Fithri atau setelah masuk waktu Maghrib pada malam Aidil Fithri. (Raudhah at Tholibin— juz 2 hal. 255.)
b) Diharuskan setiap orang yang berI’tikaf membawa hamparan khas miliknya kemasjid dan diharuskan juga mengambil mana-mana ruangan diMasjid sebagai tempat khas baginya, tetapi dengan syarat tidak menyempitkan (mengganggu) orang lain yang akan bersembahyang. (ويشق معه المقام لحاجته الى الفراش. (4) Mafhum daripada Ibarat Raudhah, Ms 273 )
c) Solat sunat Tahiyyatul Masjid dua rakaat, seterusnya tetap berada diMasjid melainkan jika berlaku perkara-perkara yang diharuskan keluar dari Masjid (yaitu tidak dianggap memutuskan I’tikaf ).
d) Harus menjalankan Ibadat I’tikaf yang sunat secara tidak penuh atau tidak berturut-turut . Misalnya :
BerI’tikaf hanya sehari atau dua hari sahaja nisbah kepada masa selama sepuluh hari diakhir Ramadhan, atau diselang-selikan harinya atau hanya berI’tikaf diwaktu malam sahaja atau sebagainya. (Mafhum daripada Ibarat Fuqaha , misalnya didalam Kitab Al Minhaj At Tholibin / Al Majmuk juzuk 6 m.s. 488. ثبت قدر يسمى عكوفا.)
8. Masjid-masjid untuk berI’tikaf.
a) Terafdhal adalah Masjid Haram di Mekah, diikuti Masjid Nabawi di Madinah , Masjid Aqsa di Baitul Maqdis , Masjid-masjid Jami’ (yang didirikan solat jumaat) umumnya menurut tertib , menurut besar dan ramainya ahli jemaah. (Al Umm—Imam Syafie. juzuk 2 m.s. 118. Darul Fikar, Bairut. / Al Majmuk juzuk 6 m.s. 482.)
b) Sah berI’tikaf didalam semua jenis Masjid. (Syarah Muslim juzuk 8 m.s. 68. / Al Majmuk juzuk 6 m.s. 283. )
c) Sah berI’tikaf didalam Masjid atau Suthuh nya ( atapnya yang lapang yang boleh diduduki ) , Menaranya yang berhubung dengan masjid. , Rohbahnya ( serambinya) atau diKawasan yang masih dinamakan Masjid. (Al Majmuk. Juzuk 6 m.s. 505-509 / Mughni Al Muhtaj juzuk 2 m.s. 202.)
9. Sebab-sebab yang mengharuskan keluar dari Masjid.
a) Qadha hajat.
Yaitu buang air besar dan buang air kecil.
b) Berwudhu.
Jika tiada kemudahan berwudhu didalam Masjid.
c) Menyuci najis.
Samada pada badan atau pakaian.
d) Sakit .
Sakit berat atau sakit yang boleh mencemarkan masjid.
e) Hadas Besar.
Semasa berI’tikaf, berhadas besar mewajibkan keluar dari Masjid, maka keluar tersebut tidak memutuskan I’tikaf. Keadaan ini berbeza jika berhadas besar sebelum berI’tikaf yang sememangnya tidak sah pada permulaannya lagi. (Fathul Wahhab juzuk 1 m.s. 129/130.)
f) Dipaksa keluar dari Masjid.
g) Makan.
Walaupun diharuskan makan didalam Masjid dengan syarat menjaga kebersihan, adalah dibolehkan keluar untuk makan diluar Masjid tanpa sebarang syarat.
h) Minum.
Jika ketiadaan air didalam Masjid.
i) Takut bahaya.
Kerana takut sebarang bahaya yang datang dari mana-mana pihak.
i) Kecemasan.
j) Keluar dengan terlupa. (Al Umm juzuk 2 m.s. 115./ Raudhah juzuk 2 m.s. 270–273. )
10. Huraian.
a) Keluar dari Masjid tanpa sebab yang dibolehkan , adalah membatalkan I’tikaf. Tidak dianggap keluar selagi tidak dengan seluruh tubuh . Termasuk dalam ertikata “Keluar” disisi Syara’ ,apabila seseorang itu berdiri dengan kakinya diluar Masjid sekalipun badannya , masih berada didalam Masjid. (Raudhah juz 2 hal. 270 / Al Majmuk juz 6 hal. 499)
b) Semua sebab-sebab yang dimaafkan /tidak membatalkan I’tikaf tersebut , setelah selesai , hendaklah segera kembali masuk kedalam Masjid dan tidak perlu mengulangi semula niat I’tikaf. Sebaliknya , jika setelah selesai atau hilang sebab-sebab tersebut , tidak pula segera masuk keMasjid, ianya akan membatalkan I’tikaf. Maka keadaan ini perlu diulangi semula niat I’tikaf .
c) Mimpi hingga keluar mani ,tidak membatalkan I’tikaf tetapi wajib segera keluar Masjid untuk mandi wajib. (Al Majmu’ juz 6 hal. 501 / Fathul Wahhab juz 1 hal. 130. )
d) Sembahyang Jumaat, bagi mereka yang berItikaf di Masjid yang tidak dibuat sembahyang Jumaat, hendaklah keluar dari tempat I’tikafnya untuk pergi ke masjid yang di buat Jumaat, dan I’tikafnya di anggap batal menurut Jumhur Ulamak. Maka diulangi semula niat I’tikaf bila mereka kembali semula. (Al Majmuk – juzuk 6 m.s. 513/.Raudhah juz 2 hal. 274.)
Maka difahamkan dari keadaan ini, bagi mereka yang sengaja pergi sembahyang jumaat di Masjid lain yang didirikan Jumaat padahal Masjid I’tikaf mengadakan Jumaat , akan membatalkan I’tikaf dan perlulah diulangi semula niatnya.
e) Mereka yang mempunyai sesuatu Kewajiban yang lebih utama dari I’tikaf Sunat , hendaklah keluar dari Masjid dan melaksanakannya, I’tikafnya adalah terbatal. Jika mereka kembali semula ke Masjid untuk berI’tikaf adalah disyaratkan mengulangi semula niat .
11. Perkara yang harus/boleh dilakukan ketika I’tikaf.
a) Berpakaian biasa.
b) Makan/minum didalam Masjid, tetapi disunahkan menggunakan alat-alat seperti hamparan supaya terpelihara kebersihan Masjid.
c) Memakai bau-bauan . ( Ketika berpuasa sebaik-baiknya ditinggalkan pada waktu siang).
d) Kerja-kerja yang ringan.
e) Menyambut tetamu, berbual dan menghantarnya pulang.
f) Sedikit jual-beli yang mustahak/ berhajat.
g) Berkahwin dan mengkahwinkan.
h) Bercukur, bersikat rambut dan mengerat kuku.
i) Belajar dan mengajar.
j) Tidur. (Al Umm juz 2 hal. 115 dan 118. / Raudhah juz 2 hal 259 / Al Mughni Al Muhtaj—Al Allamah Khatib Syarbini juz 2 hal. 192.. Darul Kutub, Tauzi’ , Bin Bazz Mekah. . )
11. Amalan-amalan semasa I’tikaf.
Pada dasarnya , tiada dalil yang khas untuk suatu bentuk amalan yang dibuat semasa I’tikaf selain dari anjuran agar bersungguh-sungguh beramal . Semua bentuk amalan taat boleh dilakukan semasa I’tikaf.
عن عائشة قالت : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يجتهد فى العشر الأواخر ما لا يجتهد فى غيرها. ( a)
Maksudnya: Daripada Siti Aisyah r.anha, “Adalah Rasulullah saw bersungguh-sungguh (beribadat) pada hari –hari yang sepuluh di akhir Ramadhan , lebih banyak daripada (ibadatnya) pada masa-masa lain.” (Sahih Muslim –Bab Al Ijtihad fil Asyril Awakhiri)
عن عائشة قالت : كان النبي صلى الله عليه وسلم اذا دخل العشر شد مئزره وأحيا ليله وأيقظ أهله . (b)
Maksudnya: Daripada Aisyah r.anha. ” Adalah Rasulullah saw apabila masuk sepuluh akhir Ramadhan , bersungguh-sungguh Baginda mengerjakan ibadat , menghidupkan malamnya dan menggerakkan Isterinya dari tidur”. (Sahih Bukhari — Bab Al Amal fil Asyril Awakhiri min Ramadhan. / Muslim– Bab Al Ijtihad fil Asyril Awakhiri.)
(c) Adalah sangat baik bagi orang yang berI’tikaf memenuhi masanya dengan amalan-amalan taat seperti : Sembahyang , Membaca tasbih , zikir, Membaca Quran (khususnya tadarus) , Belajar dan Mengajar , Mentelaah Kitab dan Mengarang. (Al Majmuk juz 6 hal. 528.)
(e) Sebahagian Ulamak berpendapat bahawa dikehendaki agar setiap yang berI’tikaf hanyalah menumpukan masanya dengan amalan asas I’tikaf sahaja, yaitu Zikir , Sembahyang , Membaca Quran (sendirian) dan Doa. (Al Majmuk juz 6 hal. 528 / Mawahib Al jalil)
12. Realiti I’tikaf dalam masyarakat Islam.
Terlalu sedikit jumlah Umat Islam yang berI’tikaf pada sepuluh akhir Ramadhan jika dibandingkan dengan jumlah Umat Islam se jagat semenjak dulu lagi. Lantaran itu Ibnu Syihab Az Zuhri yang hidup dikurun terawal pernah menyuarakan,
عجبا للمسلمين . تركوا الاعتكاف والنبي صلى الله عليه وسلم لم يتركه منذ دخل المدينة حتى قبضه الله.
Maksudnya: Heran sekali keadaan Umat Islam. Mereka meninggalkan I’tikaf (akhir Ramadhan) sedangkan Nabi saw tidak pernah meninggalkan I’tikaf sejak Baginda datang ke Madinah Al Munawwarah sehingga Allah wafatkan Baginda”. (Fathul Baari juz 4 hal. 334– Bab I’tikaf fil Asyril Awasith..)
13.Anjuran.
Oleh yang demikian, tidak sepatutnya ditinggalkan satu Warisan yang sangat bernilai yang diwarisi dari Rasulullah saw, terutamanya bagi Para Pendakwah, Pendidik , Mereka yang terlibat dengan pendidikan , Penguasa dan Setiap yang terlibat dengan Pentadbiran untuk mendapatkan limpahan kekuatan rohani dan kejernihan fikiran melalui Ibadat I’tikaf Sahih yang penuh dengan Hikmah yang besar .
Wallahu a’lam.
LAMPIRAN.
Mengapa semestinya I’tikaf di Masjid?.
Jawab: Dalam kitab Al Majmuk muka surat 483 juz 6, Imam Nawawi menjelaskan sebab kenapa I’tikaf hanya sah dilakukan di Masjid sahaja.
قد ذكرنا أن مذهبنا اشتراط المسجد لصحة الاعتكاف . وأنه يصح فى كل مسجد.
Sesungguhnya telah kami nyatakan bahawasa Mazhab Kami (Syafie) mensyaratkan masjid untuk sah beri`tikaf, dan bahawasanya sah beri`tikaf didalam semua jenis Masjid (tanpa pengecualian)
واحتج أصحابنا بقوله تعالى (ولاتباشرهن وأنتم عاكفون فى المساجد ) ووجه الدلالة من الآية لاشتراط المسجد أنه لو صح الاعتكاف فى غير المسجد لم يخص تحريم المباشرة بالاعتكاف فى المسجد لاأنها منافية لللاعتكاف فعلم أن المعنى بيان أن الاعتكاف انما يكون فى المسجد واذا ثبت جوازه فى المسجد صح في كل مسجد.
Telah berhujah Ashab Kami (I`tikaf hanya sah dimasjid sahaja) dengan firman Allah Taala, surah Al-Baqarah Ayat .. “Dan jangan Kamu menyetubuhi wanita itu (Istri2 Kamu) padahal Kamu sedang beri`tikaf dalam Masjid2”. Wajhu dilalah dari ayat tersebut adalah mensyaratkan masjid sebagai tempat I`tikaf. Bahawasanya jikalau sahlah beri`tikaf di tempat selain Masjid, nescaya Allah Ta’ala tidak mengkhaskan ketentuan pengharaman jimak semasa I`tikaf semasa di dalam masjid, kerana bahawasa berjimak itu sendiri adalah menafikan kesahihan I`tikaf. Maka difahamai daripada makna ini, Adalah suatu keterangan bahawa I`tikaf hanyalah berlaku di dalam segala Masjid sahaja. Dan apabila sabitlah keharusan beri`tikaf dalam semua Masjid, maka sah beri`tikaf di dalam tiap2 Masjid tanpa pengecualian jenis ( sekalipun Masjid yang tidak didirikan sembahyang Jumaat).
Tammat, Al Majmuk.
Maka adalah difahami bahawa, surau tidak dianggap masjid dan tiada jenis I’tikaf didalamnya. Sekalipun begitu, tidak pula bermakna tiada keharusan beribadat didalam surau . Harus beribadat dimana-mana jua , Cuma kalau atas nama I’tikaf, tidak diistilahkan ibadat I’tikaf di surau .
Wallahu a’lam.

Rabu, 25 Agustus 2010

ISTIQOMAH LAH !!!

Kenapa aku susah untuk istiqamah?
(dari email shahabat terbaik, demikian ? )

Menengok sejarah hitam Iblis, tatkala ia diusir dari surga dalam keadaan hina dina, maka ia berkata sebagaimana diceritakan oleh Allah dalam Al-Qur’an, (yang artinya):

“Iblis berkata: ‘Karena Engkau (wahai Allah) telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka (yaitu anak cucu adam) dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari depan dan belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapatkan kebanyakan mereka sebagai orang-orang yang bersyukur’
(Al-A’raf: 16-17)
Dari ayat yang mulia ini, dapat kita ketahui bahwa Iblis dan bala tentaranya akan senantiasa berusaha dengan segenap tenaganya untuk menghalangi manusia dari jalan Allah yang lurus serta menghiasi kemaksiatan hingga tampak indah di mata manusia. Karena tekat dan usaha Iblis inilah, sangat banyak manusia yang merasakan dirinya susah dan berat untuk istiqamah di jalan Allah.
Di sini akan disampaikan beberapa perkara yang dapat membantu seseorang untuk tetap istiqamah di atas jalan Allah serta selamat dari belitan tipu daya iblis.
“Sesungguhnya tipu daya syaitan adalah lemah.”
(An-Nisa’:76)
Di antara perkara yang dapat membantu seseorang untuk istiqamah adalah

1. Mengikhlaskan niat saat melakukan amalan-amalan ketaatan
Inilah pintu utama, yaitu pintu yang dapat mengantarkan seseorang untuk dapat istiqamah dalam hidupnya sehingga ia dapat berjumpa dengan Allah dalam keadaan bahagia.
Allah berfirman (yang artinya):
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan Tuhannya dengan seorangpun dalam melakukan ibadah kepada-Nya”. (Al-Kahfi: 110)
Hendaklah seseorang membersihkan hatinya dari sifat ingin dipuji atau tujuan-tijuan duniawi saat melakukan amalan-amalan ketaatan kepada-Nya. Mungkin kita dapatkan orang yang saat berkunjung dan menginap di rumah temannya, ia begitu semangat dalam membaca Al-Qur’an,qiyamul lail dan amalan-amalan ketaatan lainnya Namun ketika ia kembali ke rumahnya, entah mengapa bacaan Al-Qur’an tidak terdengar lagi dari bibirnya, demikian pula tidak terdengar lagi percikan air wudhu di sepertiga malam yang terakhir di rumahnya. Ia telah meninggalkan amalannya…..Ia tidak dapat istiqamah dalam menjalankan amalan-amalan ketaatan….Kenapa hal itu bisa terjadi? Hendaklah orang tersebut mengintrospeksi dirinya, yaitu apakah saat ia membaca Al-Qur’an dan melakukan qiyamul lail betul-betul murni untuk Allah ataukah ada niatan-niatan lain di balik ibadahnya? Hanya Allah kemudian dirinyalah yang tahu bisikan hatinya.
Dalam sebuah hadits disebutkan
إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا
“Sesungguhnya ada salah seorang di antara kalian yang ia beramal dengan amalan penduduk surga sampai-sampai jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal satu jengkal, akan tetapi taqdir telah mendahuluinya sehingga iapun beramal dengan amalan penduduk neraka, akhirnya iapun masuk ke dalam neraka.” (HR. Muslim no 4781)

Orang ini adalah orang yang sangat merugi, setiap harinya ia beramal dengan amalan ketaatan akan tetapi menjelang ajalnya ia tutup amalnya dengan keburukan dan ia pun menjadi penghuni neraka. Wal iyadzubillah.
Orang ini tidak istiqamah dalam menjalankan amalan-amalan ketaatan sampai akhir hayatnya. Kenapa bisa demikian? Apakah rahasianya? Mungkin saja tatkala ia beramal, niatnya bukan untuk Allah akan tetapi telah tercampuri dengan tujuan-tujuan lain walaupun manusia melihatnya sebagai sebuah amalan ketaatan. Namun Allah yang mengetahui isi hati para hamba-Nya tidak meridhai amalannya tersebut dan akhirnya Allah tutup amalannya dengan amalan penduduk neraka.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ
“Sesungguhnya ada orang yang beramal dengan amalan penduduk surga sesuai yang tampak/terlihat oleh manusia, padahal ia adalah termasuk penduduk neraka.” (HR.Bukhori, no 3885)
2. Berdo’a kepada Allah agar diberikan keistiqamahan
Do’a adalah senjata seorang muslim, oleh karena itu hendaklah seorang muslim banyak berdo’a kepada Allah agar diberikan keistiqamahan. Di antara do’a yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku untuk selalu berada di atas agama-Mu” (HR. Tirmidzi, no 2066. Ia berkata: “Hadits Hasan”)

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata,”(Do’a ini) adalah sebagai bentuk pengajaran bahwa diri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang suci saja masih membutuhkan perlindungan Allah, maka tentunya tingkat kebutuhan dari orang selain beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih layak lagi.” (Fathul Bari, 20/464)

Di antara perkara yang menakjubkan pada diri Rasullullah shallallhu ‘alaihi wa sallam yang patut kita contoh adalah bahwasanya beliaushallallhu ‘alaihi wa sallam setiap keluar dari rumahnya membaca do’a

اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan dan disesatkan, dari ketergelinciran dan digelincirkan, dari berbuat dholim dan didholimi, dari berbuat bodoh dan dibodohi.” (HR. Abu Dawud, no 4430).
Do’a ini amatlah kita butuhkan, mengingat tatkala seorang hamba keluar dari rumahnya maka ia akan banyak berhadapan dengan syubhat dan syahwat di lingkungan sekitarnya. Ia juga akan bertemu dengan berbagai tipe dan jenis manusia, ada tipe yang baik dan tidak jarang pula bertemu dengan tipe yang buruk yang dapat menyesatkan dan menjauhkan dirinya dari jalan istiqamah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja sebagai orang yang ma’sum (terjaga dari dosa) masih mengkhawatirkan dirinya dari perkara-perkara di atas sehingga membaca do’a ini, maka kita sebagai seorang hamba yang tipis imannya tentu lebih layak untuk membaca dan mengamalkan do’a ini.
.3. Menanamkan keyakinan dan mengingat-ingat tentang balasan yang akan diraih bagi orang yang istiqamah
Istiqamah adalah perkara yang membutuhkan perjuangan besar, tentunya orang yang dapat istiqamah akan mendapatkan balasan yang besar sebagai balasan atas usaha yang dilakukannya. Allah berfirman(yang artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah, maka mereka akan dibebaskan dari rasa takut dan kesedihan. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-Ahqof: 13-14)
Orang yang beriman dan memegang teguh keimanannya, kemudian ia istiqamah dalam melakukan amalan-amalan ketaatan sebagai konsekuensi dari keimanannya, maka ia akan mendapatkan pahala yang besar berupa rasa aman di tiga kehidupan yaitu kehidupan dunia, alam kubur dan kehidupan akherat. Allahpun akan memasukkannya ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan dan ia kekal di dalamnya. Apakah ada di antara kita yang enggan untuk menolak pahala yang besar ini?
.
4. Memilih teman yang baik
Sudah sering kita dengar hadits yang masyhur dari Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam tentang gambaran teman yang baik dan teman yang buruk, dimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallammengumpamakan teman yang baik sebagai penjual minyak wangi dan teman yang buruk sebagai tukang pandai besi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ لَا يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“ Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Tentang si penjual minyak wangi, kalau engkau tidak membeli minyak wanginya maka engkau akan medapatkan bau wanginya. Adapun tentang si tukang pandau besi, kalau engkau atau bajumu tidak terbakar maka engaku akan mendapatkan bau yang tidak enak.” (HR. Bukhori, no 1959)
Teman yang baik akan membantu kita untuk dapat istiqamah di jalan Allah, namun sebaliknya teman yang buruk akan menggelincirkan kita dari jalan istiqamah dan bahkan justru dapat mencelakakan kita. Terdapat kisah yang sangat menarik dari detik-detik kematian paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Abu Thalib. Kisah ini menggambarkan betapa bahayanya apabila seseorang berteman dengan teman-teman yang buruk.
لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلٍ وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ فَقَالَ أَيْ عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ وَيُعِيدَانِهِ بِتِلْكَ الْمَقَالَةِ حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَأَبَى أَنْ يَقُولَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Tatkala menjelang kematian Abu Thalib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepadanya. Ternyata di samping Abu Thalib sudah ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Mughirah. Nabipun berkata kepada Abu Thalib, “Wahai pamanku, ucapkanlah laa ilaha illallah, yaitu sebuah kalimat yang dapat aku jadikan hujjah untuk membantumu di sisi Allah. Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah segera menimpali seraya berkata, “(Wahai Abu Thalib), Apakah engkau membenci agamanya Abdul Muthalib (yaitu agama kesyirikan, pen)?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengulangi ucapannya, akan tetapi mereka berdua (yaitu Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah) juga selalu menimpali dan mengulag-ulang ucapannya hingga akhir dari ucapan Abu Thalib adalah sebagaimana ucapan Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah dan ia enggan untuk mengucapkan laa ilaha illallah.” (HR. Bukhari, no 4399).
Abu Thalib betul-betul menjadi orang yang sangat rugi karena berteman dengan teman yang buruk yaitu Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah, karena mereka berdua telah menjadi sebab kecelakaan, kehancuran dan kebinasaan dirinya di akherat. Abu Thalib dalam hidupnya banyak bergaul dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebaik-baik makhluk yang paling layak untuk dijadikan teman dan kekasih, akan tetapi di samping itu dia juga bergaul dengan teman-teman yang buruk yaitu Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah. Ternyata pergaulan dan persahabatannya dengan teman yang buruk ini menjadi sebab kehancuran dirinya. Sungguh malang dan tragis nasib Abu Thalib……..
.
5. Banyak membaca sirah (perjalanan hidup) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang shalih.
Berdasarkan realita, seseorang akan banyak terpengaruh oleh perkara-perkara yang sering dilihat dan didengarnya. Ketika seseorang menjadikan cemilan sehari-harinya adalah gosip para artis dan kehidupan glamour mereka, maka sadar atau tidak sadar perilaku para artis tersebut akan banyak membekas dan mempengaruhi gaya hidupnya. Hidup gak mau repot, serba instan serta “yang penting gue senang” ibarat telah menjadi icon khusus bagi mereka. Orang-orang seperti ini sangat susah diharapkan untuk istiqamah di jalan ketaatan.Boro-boro untuk istiqamah di jalan ketaatan, untuk menjalankan amalan-amalan ketaatan saja mungkin terasa berat bagi jiwa mereka. Menuntut ilmu syar’I, shalat berjama’ah, menundukkan pandangan terhadap lawan jenis, berhias diri dengan sifat qana’ah, sabar dalam menghadapi cobaan hidup adalah merupakan contoh-contoh amalan ketaatan yang kedengarannya amat mustahil bagi orang-orang yang berpaham artisme(bergaya hidup seperti artis) seperti ini, kecuali orang-orang yang dirahmati Allah.
Sebaliknya, orang yang banyak menbaca sirah Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang sholih akan menemukan kunci-kunci jalan menuju istiqamah. Ketika seseorang ditimpa futursindrom (penyakit melemahnya iman yang merupakan musuh dari istiqamah) sehingga terasa malas baginya untuk menjalankan qiyamul lail, maka saat ia membaca perjalanan hidup Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam ternyata didapatkan bahwa beliau adalah orang yang rajin dalam menjalankan qiyamul lail hingga bengkak kakinya. Ketika seseorang merasakan jiwanya malas untuk berdzikir dan berat untuk banyak memohon ampun kepada Allah, maka saat ia membaca perjalanan hidup Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ternyata didapatkan bahwa beliau adalah orang yang beristighfardan bertaubat kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari. Ketika seseorang merasa terkucilkan di tengah keluarga, kerabat dan masyarakat di sekitarnya karena menjalankan syari’at islam, maka saat ia membaca perjalanan hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ternyata didapatkan bahwa beliau adalah orang yang dimusuhi oleh kerabat dekatnya dan bahkan beliau diusir oleh kaumnya dari kampung halaman yang ia cintai yaitu Makkah. Ketika seseorang merasakan sesak dadanya ketika banyak dicela dan dimusuhi dalam berdakwah di jalan Allah, maka saat ia membaca perjalanan hidup Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam ternyata didapatkan bahwa beliau adalah orang yang pernah mengalami ancaman dan usaha pembunuhan, pernah dilempari batu, pernah diletakkan kotoran di atas punggungnya, pernah difitnah sebagai tukang sihir, pernah dijuluki sebagai orang gila dan lain-lain.
Dengan banyak membaca perjalanan hidup kekasih Allah, Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam maka seseorang akan semakin terpacu untuk memegang erat Agama Islam yang lurus ini, istiqamah dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya serta akan menyadari betapa kecilnya cobaan yang menimpa dan dialaminya dibandingkan dengan yang dialami oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Inilah beberapa perkara yang dapat membantu seorang hamba untuk dapat istiqamah di jalan Allah, mudah-mudahan bermanfaat.
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia)”. ( Ali-Imran: 8 )
Tengaran, 05 April 2010
Ibnu Ali
Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya, dosa kedua orang tua dan guru-gurunya
Catatan: Penomoran hadits dan kitab dalam artikel ini didasarkan atas program Maktabah Syamilah