“Barangsiapa yang niatnya adalah menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Allah akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan AKAN TUNDUK PADANYA.
Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah menjadikannya tidak pernah merasa cukup, Allah pun akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.”
(HR. Tirmidzi no. 2456, shahih)
“Janganlah engkau berputus asa terhadap sesuatu yang luput darimu dan janganlah engkau berlagak sombong terhadap nikmat yang datang padamu, namun bersyukurlah pada Allah dengan nikmat itu.”
(Faedah dari Tafsir Al-Jalalai surat Al-Hadid)
“Doa agar mendapatkan kemudahan (hadits yang shahih riwayat Ibnu Hibban):
Allahumma laa sahlaa illa maa ja’altahu sahlaa. Wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa.
Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau mudahkan. Dan jika Engkau kehendaki kesedihan/kesusahan dapat Engkau jadikan kemudahan.”
“Pelajaran dari Imam Asy-Syafi’i:
1. Waktu itu bagaikan pedang. Jika engkau tidak memotongnya (tidak memanfaatkannya), maka dia malah yang akan memotongmu.
2. Jika dirimu tidak sibuk dengan hal-hal yang baik, pasti engkau akan tersibukkan dengan hal yang sia-sia.”
(Al-Jawabul Kafi, 109)
“Barangsiapa yang memperdengarkan amalnya kepada orang lain, maka Allah akan memperdengarkan semua keburukannya di depan semua makhluk. Allah juga akan menghinakan dan merendahkannya. Itulah bahaya amalan yang tidak IKHLAS.”
(Shahih At-Targib wa At-Tarhib)
“Doa memohon kekuatan iman dan berbagai kebaikan:
Allahumma inni as’aluka iimanan layartadu, wana’iiman layanfadu, wamurofaqota muhammadin shallallahu ‘alaihi wasalama fii a’la jannatilkhuldi.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keimanan yang tidak akan lepas, nikmat yang tidak akan habis, dan menyertai Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam di surga yang paling tinggi selama-lamanya.”
(HR. Ibnu Hibban no. 2436)
“Ketahuilah bahwa banyak hutang adalah sebab datangnya kerugian di dunia sedangkan banyak dosa adalah kerugian di akhirat. Oleh karena itu, Nabi biasa berdoa meminta perlindungan dari dua hal tadi:
Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal magrom.
Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari banyak dosa dan banyak hutang.”
(Faedah dari Al-Fawa’id, Ibnul Qayyim)
“Ibnul Qayyim mengatakan, ‘Keselamatan tidaklah sempurna melainkan dengan menyelamatkan diri dari 5 hal:
1. Syirik yang meniadakan tauhid.
2. Amalan yang tidak ada tuntunan yang dapat mematikan ajaran Nabi.
3. Syahwat yang menggelora.
4. Lalai dari dzikir.
5. Hawa nafsu yang dapat menghancurkan ikhlas.”
(Al-Jawabul Kafi, 142)
“Di antara bentuk keimanan yang paling tinggi adalah jika seseorang DENGKI pada orang lain, lalu dia berusaha menghilangkannya, bahkan dia malah berbuat baik dengan orang yang dia dengki, dia pun mendoakannya, menyebarkan kebaikan saudaranya itu dan dia merasa saudaranya itu lebih baik dari dirinya.”
(Jami’ul Ulum wal Hikam, hadits 35)
“Inilah di balik dosa memakan riba. Nabi bersabda: ‘Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari hasil riba sedangkan dia mengetahuinya, lebih besar dosanya daripada melakukan perzinahan sebanyak 36 kali’.”
(HR. Ahmad, shahih)
“Yang namanya kaya (ghina) ukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina adalah hati yang selalu merasa cukup.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
“An-Nawawi dalam Al-Adzkar membawakan bab ‘doa yang dibaca ketika merasa sulit dalam suatu hal’. Doanya adalah:
Allahumma laa sahlaa illa maa ja’altahu sahlaa wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa.
Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau mudahkan. Dan Engkau menjadikan segala kesedihan (kesusahan) menjadi mudah jika Engkau kehendaki.”
(Al-Hafizh Ibnu Rajab mengatakan bahwa sanadnya shahih, dikeluarkan oleh Ibnu Sunni dan Ibnu Hibban)
“Para ulama terdahulu mengatakan, ‘Balasan dari amalan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.’
(Lihat tafsir Ibnu Katsir, surat Al-Lail)
Oleh karena itu, tanda amalan seseorang diterima adalah dia kontinu dalam melakukan amalan.”
“Jika seseorang keluar rumah, lalu mengucapkan: Bismillah tawakkaltu ‘alallah, laa haula wa laa quwwata illa billah (dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada-Nya, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya), maka dikatakan ketika itu: engkau akan diberi petunjuk, diberi kecukupan dab senantiasa mendapat penjagaan Allah.”
(HR. Abu Daud, shahih)
“Ibnul Qoyyim al-Jauziyah menuliskan dalam kitabnya:
Allah menjadikan mata sebagai cermin hati. Jika seseorang menahan pandangan matanya, berarti dia menahan syahwat dan keinginan hati. Jika dia mengumbar pandangan matanya, berarti dia mengumbar syahwat hatinya.”
(Raudhah al-Muhibbin wa nuzhah al-Musytaqin. Hal 71, bab 6)
“Hak Allah atas hamba, adalah hendaklah mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya. Tahukah engkau apakah hak hamba atas Allah jika mereka berbuat yang demikian itu? Yaitu Dia tidak mengadzab mereka dengan api neraka.”
(Diriwayatkan Asy-Syaikhany, Ahmad, At-Tirmidzy, Ibnu Majah dan Ibnu Hiban)
“Sebaik-baik amalan adalah yang dilakukan ketika kebanyakan manusia lalai. Sebabnya adalah karena amalan seperti ini akan memberatkan jiwa. Amalan yang memberatkan jiwa inilah amalan yang dicintai Allah. Oleh karena itu, sangat utama mengenakan jilbab yang sempurna di saat para wanita berpakaian tapi hakikatnya telanjang.”
(Lihat Lathoif Al-Ma’arif)
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
“Kata emas dari Ibnul Qayyim:
Barangsiapa mengenal keadaan dirinya tentu dia akan sibuk memperbaikinya daripada terus memikirkan kejelekan orang lain”
(Fawaidul Fawa’id, 83)