Mengejar Ketertinggalan
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barangsiapa salat subuh berjamaah kemudian duduk berzikir kepada Allah Ta’ala sampai terbit matahari lalu salat 2 rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umroh secara sempurna, sempurna, dan sempurna.” (HR. Tirmizi, Hadis Hasan)
Setiap muslim pasti di dalam hatinya terpatri keinginan untuk beribadah haji ke Baitullah. Ibadah yang hanya berlangsung sekali setahun. Mereka yang sudah mengecapnya pun, masih antusias ingin mengulanginya di tahun-tahun berikutnya. Walaupun harus merogoh kocek dalam-dalam, tidak jadi masalah asalkan keinginan itu tercapai. Bagi calon jamaah yang masuk daftar tunggu tahun depan, harap-harap cemas. Mereka memperbanyak doa agar usia dipanjangkan dan dikaruniai kesehatan.
Bagaimana bagi mereka yang tidak mampu, apakah cukup hanya dengan mengelus dada seraya berdoa sambil menggantungkan harapan yang kemungkinan tak tercapai? Tidak harus demikian. Allah Ta’ala maha memberi motivasi dan Rasul-Nya pandai menghibur. Mari hayati hadis di atas, pahami makna di balik keserhanaan teksnya, dan amalkan dengan penuh keyakinan. Alhasil betapa mudahnya mengejar ketertinggalan itu.
Sesungguhnya agama ini dibangun atas dasar kemudahan, tiada mempersulit dan tanpa paksaan bagi yang tidak berkemampuan. “Allah menginginkan bagimu kemudahan dan tidak menginginkan kesulitan.” (QS Al Baqoroh 185) Allah memahami kadar kemampuan hamba-Nya, sehingga Ia tidak mewajibkan sesuatu melainkan sesuai dengan kemampuan hamba-Nya.
Islam sangat memahami keterbatasan atau udzur yang menimpa pemeluknya. Sehingga pada kondisi demikian, Islam membuka pintu seluas-luasnya melalui ibadah tertentu sebagai pengganti untuk mengejar ketertinggalan. Tujuannya agar surga Allah itu bisa diwarisi oleh mereka yang beriman dan beramal shalih, apapun “kasta-nya”.
Setiap amal shalih dalam Islam, tidak akan luput dari catatan malaikat. Sehingga sekecil apapun bentuk amalan itu, tidak boleh diremehkan, apalagi bila menjadi alasan untuk tidak mengerjakannya.
لا تَحْقِرنَّ مِنَ المَعرُوفِ شَيئاً وَلَوْ أنْ تَلقَى أخَاكَ بِوَجْهٍ طَليقٍ
“Janganlah engkau meremehkan sekecil apapun perbuatan baik itu, walaupun hanya dengan berwajah manis saat bertemu saudaramu.” (HR Muslim)
Allah amat mencintai hamba-hambanya yang begitu taat di tengah kondisinya yang tiada berkecukupan. Hidup mapan bukan jaminan keimanan. Sebab kemapanan tidak selalu beriringan dengan ketaatan, bahkan sering menjadi benalu.
Bukankah setiap orang bisa mengupayakan solat subuh berjamaah terutama di masjid? Lalu setelah itu menyisihkan sedikit waktu dengan berzikir dan diakhiri dengan salat sunnah 2 rakaat saat mentari telah terbit. Tidak rumit bahkan sangat mudah. Berzikir di sini bisa dengan membaca Al Qur’an, bermuhasabah atau mendengar tausyiah. Bukankah itu semua adalah esensi dari zikrulloh?
Motivasi sekaligus hiburan Rasul saw di atas sengaja diperuntukkan bagi siapa saja, khususnya kaum fakir. Agar mereka tidak patah semangat dan putus harap. Semua orang bisa meraihnya tanpa terkecuali. Amalan ini bisa dilakukan sesering mungkin. Bahkan, setiap hari.
Dalam hadis ini, Rasul saw mengulang kata Tammatan (sempurna) sampai tiga kali. ini adalah indikasi bahwatarghib (anjuran) beliau tidak main-main. Karena pahala Allah hanya diberikan bagi mereka yang bersungguh-sungguh dan tidak meremehkan amal sholih sekecil apapun itu. “Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”(QS At Taubah 120)
Subhanallah betapa Allah SWT membuka pintu karunia seluas-luasnya. Hanya orang-orang yang diberi taufiklah yang tetap semangat mengejar karunia itu. Nah bagi siapapun yang kepincut naik haji, amalan ringan ini jangan sampai ditinggalkan. Niatkan dengan melanggengkan shalat jamaah Subuh di masjid, lalu berzikir hingga terbit matahari, dan diakhiri dengan shalat, akan membuka jalan menuju Baitullah. Insya Allah.
Habib Ziadi,
alumnus Isy Karima Jateng Dan An-Nu'aimy Jakarta
[muslimdaily.net]